Kisah Asrori, Peternak Sukses Ayam Petelur Komersial
Asrori adalah seorang pemuda warga Desa Beji, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban. Dia bukanlah seorang pejabat tinggi atau seorang pekerja kantoran apalagi seorang Pegawai Negeri yang selalu pakai sepatu mengkilat berpakaian serapi-rapinya dan bekerja di ruangan full AC.
Tidak untuk Asrori, Asrori adalah seorang anak muda yang mendedikasikan dirinya sebagai peternak ayam petelur dikampungnya. Asrori adalah seorang peternak ayam. Hanya seorang peternak dan penjual telur ayam. Tapi tahukah anda bahwa penghasilannya berkali-kali lipat dari penghasilan seorang Pegawai Negeri atau pekerja kantoran yang wajib berangkat kerja dengan baju disetrika serta sepatu wajib disemir?
Itu dia Asrori, pemuda yang baru berusia 25 tahun ini sudah mampu meraup penghasilan bersih Rp. 60 Juta per bulan dari profesinya sebagai peternak ayam petelur.
Untuk memperoleh laba usaha peternakan ayam seperti itu, Asrori punya kiat jitu beternak ayam petelur komersial yang membuat setiap ayam petelur Asrori mampu bertelur lebih dari 2 kali dalam sehari.
Asrori membeberkan bahwa setiap hari dirinya memberi pakan ternaknya dengan campuran dedak atau bekatul, jagung halus dan beberapa tumbuhan yang dihaluskan. Jarak pemberian makan dan minum sehari 3 kali, dengan takaran khusus. Hal ini untuk menyeimbangkan gizi pada ayam dan telurnya.
“Untuk jamunya atau tambahan vitamin kita beri bekicot yang halus. Agar lendir hilang, saya beri dedak. Awalnya sulit makan, namun lama-lama akan terbiasa,” ujarnya.
Tambahan makanan dari daging bekicot untuk menambah protein dan mempercepat proses bertelur. Selain itu, harus dijaga kebersihan kandangnya. Jangan sampai ada ulat atau kotoran yang membusuk menjadi penyakit dan muncul hewan pengerat. Karena hal ini dapat membuat ayam stres dan mengganggu proses bertelurnya.
Hasilnya pun tak tanggung-tanggung. Dari 1000 ayam petelur miliknya mampu menghasilkan 2.000 sampai 3.500 telur atau sekitar 200 Kg/harinya. Dengan asumsi bahwa setiap 1 Kg telur mampu terjual Rp. 18 ribu.
Sedangkan untuk biaya operasional, setiap harinya dirinya harus mengeluarkan biaya sebesar Rp. 1 juta. Biaya tersebut dipergunakan untuk membeli pakan dan lainnya.
Bila dilirik dari segi pendapatan bulanan, luar biasa! itulah barangkali penegasan yang patut diberikan pada anak muda kampung beji yang satu ini. Bagaimana tidak, ketika ditanya mengenai laba bersih bulanan yang berhasil diperolehnya, dengan santun Asrori mengungkapkan bahwa ”Keuntungan itu bisa diprediksi, namun terkadang ayam mati atau lainnya itu sudah ada hitungannya. Kalau bersih sebulan mencapai Rp. 60 juta,” ungkapnya.
Menurut hemat kami, berprofesi sebagai peternak ayam peterlur adalah sebuah pilihan profesi yang bijaksana untuk dilakoni daripada menunggu kenaikan UMR. Semoga angka pengangguran dinegeri ini semakin kecil.
Jangan cuma dibaca dong...!
Hidup Peternak Unggas Indonesia!!!
(Kisah disadur dari blog Seputar Tuban)
--
Sent from Gmail Mobile
Rabu, 09 April 2014
Sabtu, 05 April 2014
Gara-gara Internetan, Rofiudin Sukses Jadi Peternak Ayam Kampung Super
Sulap Lorong Rumah Jadi Sumber Penghasilan
Bagi Nur Ahmad Rofiudin (24) warga Dukuh Sidomulyo Desa Rejosari kecamatan Mijen kabupaten Demak mempunyai usaha sendiri adalah hal yang menyenangkan. Oleh karena itu setelah hampir sepuluh tahun merantau meninggalkan desanya bekerja untuk orang lain, kini ia kembali ke desanya kembali.
"Alhamdulillah berkat internet kami mendapat pengalaman berusaha beternak Ayam Jawa Super. Dengan mencoba memelihara 200 ekor dalam jangka 2 bulan sudah kelihatan keuntungannya", ujar Rofiudin pada Warta Demak yang berkunjung ke rumahnya.
Rofiudin mengatakan, keinginan untuk membuka usaha sendiri sudah sejak lama. Namun baru kesampaian empat bulan yang lalu. Awalnya ia buka internet untuk mencari usaha yang cocok dengan tempat tinggalnya. Ketemulah ia dengan usaha ternak ayam kampung super yang baru ngetren dimana-mana.
Dengan modal seadanya iapun membeli bibit anakan dari Kudus sebanyak 200 ekor dengan harga sekitar Rp 5.000,-. Untuk kandangnya ia memanfaatkan lorong rumahnya dan tetangga dengan lebar 1,5 meter . Untuk pakannya iapun membeli lipur dari toko makanan ternak di Pecangaan.
Selama dua bulan ayam itu ia pelihara sesuai dengan panduan yang ia dapatkan di internet . Selain pemberian pakan yang teratur kebersihan kandang diperhatikan. Kesehatan ayam juga di jaga dengan pemberian obat atau vaksin yang diberikan dalam minuman ayam.
"Alhamdulillah dalam percobaan tahap pertama 200 ekor ayam yang kami pelihara kematiannya di bawah 5 persen. Setelah semua pengeluaran dihitung saya dapat untung sekitar 1 Juta rupiah," kata Rofiudin.
Dari keberhasilan tahap pertama itulah maka Rofiudin mengisi kandang lorong rumahnya itu kembali dengan bibit ayam. Yang pertama ia isi bibit anakan sebanyak 200 ekor . Setelah yang pertama berumur 25 hari, maka separuh kandangnya ia isi kembali anakan sebanyak 200 ekor.
"Alhamdulillah yang pertama ini udah lebih satu bulan mungkin 15 hari lagi akan panen . Nah jika yang ini di panen yang sebelah sana nanti kita pindahkan ke sini", kata Rofiudin.
Kandang Permanen
Melihat usaha peternakan ayam kampung super yang masih prospektif itulah Rofiudin memberanikan diri untuk mengembangkan usaha yang lebih besar. Kandang di samping rumahnya itu selain sempit juga dekat dengan pemukiman warga. Dengan meminjam BPKB orangtuanya rencananya ia akan membuat kandang permanen di pinggir sungai depan rumahnya.
Rencananya ia akan mengisi kandangnya itu sekitar 1.000 ekor bibit ayam. Modal yang dibutuhkan cukup banyak untuk ukuran dia yang masih bujangan. Untuk bibitnya saja sekitar 5 juta rupiah, kandang membutuhkan biaya sekitar 5 juta rupiah. Sedangkan pakan setidaknya butuh modal sekitar 10 juta rupiah.
"Ya untuk bibit 1.000 ekor minimal modal yang dikeluarkan Rp 15 sampai 20 juta . Nah untuk keperluan ini rencananya kami akan mengajukan kredit ke Bank BKK atau BRI . Mudah-mudahan bisa cair,", harap Rofiudin.
Menurut Rofiudin beternak ayam Jawa ini lebih mudah dibandingkan beternak ayam potong jenis horn. Selain anti penyakit ayam juga mudah pemerliharaannya. Kandangnya sederhana tidak perlu diberi kipas pendingin jika cuaca panas. Ayam juga tahan dengan suara bising.
"Pokoknya usaha ternak ayam kampung Super ini cukup prospektif karena hasil panennya harganya juga lumayan sedangkan barang diambil oleh para bakul ke sini", ujar Rofiudin menutup sua.
Penulis : Fatkhul Muin, merdeka.com
--
Sent from Gmail Mobile
Bagi Nur Ahmad Rofiudin (24) warga Dukuh Sidomulyo Desa Rejosari kecamatan Mijen kabupaten Demak mempunyai usaha sendiri adalah hal yang menyenangkan. Oleh karena itu setelah hampir sepuluh tahun merantau meninggalkan desanya bekerja untuk orang lain, kini ia kembali ke desanya kembali.
"Alhamdulillah berkat internet kami mendapat pengalaman berusaha beternak Ayam Jawa Super. Dengan mencoba memelihara 200 ekor dalam jangka 2 bulan sudah kelihatan keuntungannya", ujar Rofiudin pada Warta Demak yang berkunjung ke rumahnya.
Rofiudin mengatakan, keinginan untuk membuka usaha sendiri sudah sejak lama. Namun baru kesampaian empat bulan yang lalu. Awalnya ia buka internet untuk mencari usaha yang cocok dengan tempat tinggalnya. Ketemulah ia dengan usaha ternak ayam kampung super yang baru ngetren dimana-mana.
Dengan modal seadanya iapun membeli bibit anakan dari Kudus sebanyak 200 ekor dengan harga sekitar Rp 5.000,-. Untuk kandangnya ia memanfaatkan lorong rumahnya dan tetangga dengan lebar 1,5 meter . Untuk pakannya iapun membeli lipur dari toko makanan ternak di Pecangaan.
Selama dua bulan ayam itu ia pelihara sesuai dengan panduan yang ia dapatkan di internet . Selain pemberian pakan yang teratur kebersihan kandang diperhatikan. Kesehatan ayam juga di jaga dengan pemberian obat atau vaksin yang diberikan dalam minuman ayam.
"Alhamdulillah dalam percobaan tahap pertama 200 ekor ayam yang kami pelihara kematiannya di bawah 5 persen. Setelah semua pengeluaran dihitung saya dapat untung sekitar 1 Juta rupiah," kata Rofiudin.
Dari keberhasilan tahap pertama itulah maka Rofiudin mengisi kandang lorong rumahnya itu kembali dengan bibit ayam. Yang pertama ia isi bibit anakan sebanyak 200 ekor . Setelah yang pertama berumur 25 hari, maka separuh kandangnya ia isi kembali anakan sebanyak 200 ekor.
"Alhamdulillah yang pertama ini udah lebih satu bulan mungkin 15 hari lagi akan panen . Nah jika yang ini di panen yang sebelah sana nanti kita pindahkan ke sini", kata Rofiudin.
Kandang Permanen
Melihat usaha peternakan ayam kampung super yang masih prospektif itulah Rofiudin memberanikan diri untuk mengembangkan usaha yang lebih besar. Kandang di samping rumahnya itu selain sempit juga dekat dengan pemukiman warga. Dengan meminjam BPKB orangtuanya rencananya ia akan membuat kandang permanen di pinggir sungai depan rumahnya.
Rencananya ia akan mengisi kandangnya itu sekitar 1.000 ekor bibit ayam. Modal yang dibutuhkan cukup banyak untuk ukuran dia yang masih bujangan. Untuk bibitnya saja sekitar 5 juta rupiah, kandang membutuhkan biaya sekitar 5 juta rupiah. Sedangkan pakan setidaknya butuh modal sekitar 10 juta rupiah.
"Ya untuk bibit 1.000 ekor minimal modal yang dikeluarkan Rp 15 sampai 20 juta . Nah untuk keperluan ini rencananya kami akan mengajukan kredit ke Bank BKK atau BRI . Mudah-mudahan bisa cair,", harap Rofiudin.
Menurut Rofiudin beternak ayam Jawa ini lebih mudah dibandingkan beternak ayam potong jenis horn. Selain anti penyakit ayam juga mudah pemerliharaannya. Kandangnya sederhana tidak perlu diberi kipas pendingin jika cuaca panas. Ayam juga tahan dengan suara bising.
"Pokoknya usaha ternak ayam kampung Super ini cukup prospektif karena hasil panennya harganya juga lumayan sedangkan barang diambil oleh para bakul ke sini", ujar Rofiudin menutup sua.
Penulis : Fatkhul Muin, merdeka.com
--
Sent from Gmail Mobile
Selasa, 01 April 2014
Raih Laba dari Hobi Beternak Ayam Kampung
Raih Laba dari Hobi Beternak Ayam Kampung
Jika ditelusuri, hampir semua bisnis dan pekerjaan yang didasari oleh hobbi dan kesukaan sebahagiaan besar dapat dipastikan berujung pada kesuksesan. Contoh paling sederhana adalah seorang Sangkot Sukur Nasution alias Koteng (63) Warga Jambur Tarutung Kelurahan Pasar Kotanopan, Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina).
Koteng, begitu nama panggilan akrabnya, telah berhasil menjadikan hobbi yang secara iseng-iseng dia jalani menjadi sebuah ladang rejeki yang jumlahnya mampu membantu kebutuhan ekonomi keluarganya.
Koteng bercerita, hobbi memelihara ayam itu dimulai beberapa tahun lalu dengan memelihara induk ayam kampung hanya 8 ekor saja. Kala itu, Koteng memelihara semua ayam kampungnya secara liar, tidak di dalam kandang tapi hanya dilepas begitu saja.
"Beternak ayam kampung tidak dalam kandang, hanya ada kandang untuk bertelur dan tempat pada malam hari ukuran satu meter kali dua meter saja. Dimana pada pagi harinya setelah diberikan pakan, ayam akan bepergian di pekarangan rumah," katanya.
Dia menuturkan kepada zamharir rangkuti, wartawan dari harian medan bisnis yang meliputnya ketika itu, bahwa dari 8 ekor ayam kampung yang Koteng pelihara sebelumnya, kini telah berkembang hingga mencapai angka 300an ekor serta menghasilkan lebih dari 70 telur ayam kampung per harinya.
Dari hobbinya dalam beternak ayam kampung ini, kini Koteng sudah berhasil meraup omzet Rp 150.000/hari atau setara Rp 4,5 Juta per bulan. "itu sangat menolong bagi ekonomi keluarga," ujar Koteng.
Bagaimana dengan anda?
Sumber : di edit ulang dari http://medanbisnisdaily.com/m/news/read/2014/03/26/86669/raih_laba_dari_hobi_beternak_ayam_kampung/
--
Sent from Gmail Mobile
Langganan:
Postingan (Atom)